Hai Genks.....
Gimana weekendnya? Semoga cukup menyenangkan dan mengisi daya, kembali semangat untuk menghadapi hari Senin dan hari hari setelahnya.
Minggu ini aku cukup bahagia, karena aku sudah mulai menemukan ritme yang pas untuk menjalani hari hariku sebagai ibu. Meski sudah satu tahun memiliki anak dan hidup bersamanya selama 24 jam, satu tahun pertama itu aku belum bisa menemukan ritme yang pas untuk diriku dan juga anakku.
Jadi, bisa dibilang hari hari di tahun pertama punya anak, aku hanya menjalani hari begitu saja, tidak ada target khusus selain mencapai milestone pertumbuhan anakku dari bulan ke bulan. Menyenangkan di awal, tapi lambat laun aku kok jadi tidak punya ambisi untuk diriku sendiri. Aku tidak punya target apapun untuk diriku sendiri.
Hal itu cukup membuatku sedih. Karena sedih, pikiran negatif juga berbondong-bondong mencoba masuk ke kepalaku. Terkadang aku merasa berharga dan berguna, dan sering juga merasa tidak berguna dan hidupku stagnan dan monoton.
Aku tau sih, dalam peran baru menjadi ibu, atau peran baru apa pun itu ada masa adaptasinya. Tapi dalam hari-hariku aku merasa semakin jauh dari diriku dan dari tujuanku.
Jadi, karena kekacauan pikiran dan belum bisanya aku menemukan ritme yang pas untuk membagi waktu mengurus keluarga dan mengurus diriku sendiri, aku jadi gampang stres dan marah-marah. Tentu tidak nyaman dong dengan keadaan diri dan emosi yang tidak stabil, aku jadi sering membaca artikel dan buku buku pengembangan diri dan tentang kehidupan ala Zen.
Apa itu Zen dan bagaimana aku memulai hari agar lebih semangat dan berdaya? Baca artikel ini sampai habis ya?
Apa Itu Zen?
Zen adalah salah satu aliran Buddha Mahayana. Zen secara harfiah berarti meditasi. Meditasi ini terkenal dalam bentuk lotus, yakini meditasi duduk bersila. Aliran Zen menitikberatkan pada meditasi untuk mencari penerangan atau kesempurnaan.
Lantas bagaimana pola pikir dan kebiasaan Zen? Pola pikir Zen melibatkan menerima apa yang ada dan tidak tertahan dengan menilai diri sendiri karena merasakan hal tertentu.
Prinsip yang dipegang teguh dengan orang yang menerapkan Zen adalah pengakuan keterikatan sebagai sumber penderitaan dan fokus pada keterhubungan dengan alam semesta.
Aku pernah menuliskan review buku tentang kebiasaan orang-orang yang menerapkan Zen di blog ini, Jika teman-teman ingin membacanya, bisa klik di sini, ya.
Memulai Hari dengan Olahraga
Dari buku Zen Habits tersebut, aku terinspirasi untuk memulai hari dengan jalan pagi atau olahraga. Untuk mewujudkan rencana olahraga pagi, tentu harus bangun lebih awal dari biasanya. Kemudian menyelesaikan pekerjaan rumah yang sekiranya penting untuk diselesaikan lebih awal, menyiapkan sarapan, misalnya.
Setelah menyiapkan sarapan, aku baru bisa tenang olahraga. Sejauh ini dua hal yang aku lakukan, yaitu pergi ke gym dan jalan pagi.
Rutin pergi ke gym selama satu bulan membuat rasa percaya diriku tumbuh. Aku tidak tahu apakah ini hanya terjadi padaku saja, atau kalian yang rajin ke gym juga merasakannya. Gym menurutku tempat yang berbeda suasananya.
Di gym kita bebas memainkan alat sesuka kita asal tidak mengganggu orang lain. Tidak ada orang yang begitu peduli memperhatikan kita sehingga kita bebas berekspresi dengan jenis olahraga tertentu.
Rasa percaya diri mungkin tumbuh dari hati yang senang
Menikmati Pagi Hari dan Menyaksikan Matahari Terbit
Ini adalah bagian termewah dari bangun lebih pagi. Merasakan udara segar yang belum tercemar, melihat burung-burung terbang ke sana ke mari di atas hamparan padi lalu hinggap di tali aliran listrik. Pemandangan ini yang membuatku tenang dan kembali menarik pikiran yang terlalu jauh perginya.
Terkadang kita mengkhawatirkan masa depan, juga sesekali menyesali masa lalu. Tapi jangan lupa juga untuk menikmati hari ini. Hadir secara utuh di hari ini.
Beruntung tinggal di daerah yang masih banyak sawah dan track jalan kaki yang masih aman dan pemandangannya juga menyegarkan mata. Dari perjalanan jalan kaki, aku lebih bisa mindful dan masuk ke dalam diri, berdialog dengan diri sendiri, tentang apa yang sebenarnya aku inginkan, dan banyak hal lainnya.
Berdialog dengan tenang dengan diri sendiri ini yang membuatku perlahan menemukan kebutuhan dan kemauanku, lalu aku bisa menemukan ritme yang pas untuk menjalani hari hari ke depannya.
Jalan pagi menjadi kegiatan yang meditatif untukku. Yaps, jalan kaki bisa juga dijadikan ritual meditasi. Tentunya berbeda dengan jalan kaki yang selama ini kita lakukan. Mindful walking harus meliputi perjalanan kaki dengan kesadaran penuh. Kesadaran yang dimaksud adalah kesadaran kondisi tubuh, relaksasi pikiran dan menjernihkan pikiran dari penilaian dan asumsi.
Kapan-kapan aku akan membahas tentang mindful walking di tulisan yang terpisah. Semoga aku tidak lupa dan ada energi untuk menuliskannya, ya.
Sekian dulu ya, ceritaku tentang jalan pagi dengan kesadaran atau mindful walking. Aku berkomitmen untuk mengabadikan pengalaman mindful walking di blog dengan artikel cerita seperti ini. Karena sebelumnya, jalan kaki yang jauh adalah hal yang mustahil aku sukai. Tetapi, setelah memaksa diri untuk mencobanya, akhirnya aku ketagihan, hahaha.
Momen jatuh cinta pertama kali dengan jalan kaki juga kuabadikan di unggahan di akun Instagramku. Boleh diintip unggahannya jika kalian berkenan.
Berada di luar rumah dan melakukan kegiatan fisik seperti jalan pagi salah satu cara yang baik untuk melepaskan pikiran pikiran yang tidak penting