Baru saja jagat maya dikejutkan dengan kabar ditemukannya lansia yang meninggal di Bogor pada tanggal 16 silam. Mereka adalah Hans Tamasoa dan istrinya Rita Tamasoa. Pasangan lansia tersebut ditemukan di rumah mereka di Desa Singajaya, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor.
Jasad pasangan lansia ini pertama kali ditemukan oleh warga sekitar yang mencium bau busuk dari rumah mereka. Saat ditemukan, jasad mereka sudah dalam kondisi membusuk. Penyebab pasti kematian mereka masih belum diketahui dan sedang diselidiki oleh pihak kepolisian. Diduga, mereka meninggal karena sakit dan tidak ada orang yang menolong. Pasangan lansia ini tinggal berdua di rumah mereka. Anak-anak mereka diketahui tinggal terpisah dan tidak diketahui keberadaannya.
Berita ini tentu menjadi pilu bagi banyak orang, karena menunjukkan kesepian dan kurangnya perhatian terhadap lansia yang tinggal sendirian. Tentunya kasus ini bukan pertama kalinya membuat pilu kita, ada banyak kasus lansia yang meninggal sendirian di rumah tanpa didampingi keluarga.
Berdasarkan pemberitaan media dan penelitian yang dilakukan oleh beberapa organisasi, kasus lansia meninggal sendirian di Indonesia menunjukkan tren peningkatan.
Seperti beberapa contoh data yang bisa kita lihat, pada awal tahun 2024, Kompas mencatat ada 4 kasus lansia di Indonesia yang meninggal sendirian di rumahnya. Ada juga pemberitaan 2 kasus lansia meninggal di Mojokerto dan Ciputat pada Januari 2024.
Menurut Rakhmat Hidayat, seorang sosiolog UNJ, memperkirakan bahwa jumlah lansia yang meninggal sendirian jauh lebih banyak daripada yang diberitakan media.
Lonely Death dan Faktor yang Menyebabkan Lansia Meninggal Sendirian
Lonely death adalah fenomena lansia yang meninggal kesepian atau sendirian. Di mana saat berpulang tidak ada saudara talian darah yang mendampingi. Tidak hanya di Indonesia, namun di negara luar juga banyak yang mengalaminya. Banyak faktor yang menyebabkan mengapa lonely death dapat terjadi, seperti yang sudah saya rangkum di bawah ini.
Perubahan struktur keluarga: Semakin banyak keluarga yang memilih untuk tinggal terpisah, sehingga lansia yang tidak mampu hidup mandiri terpaksa tinggal sendirian.
Kurangnya perhatian sosial: Lansia yang tinggal sendirian seringkali terisolasi dari komunitas dan tidak mendapatkan perhatian yang cukup dari keluarga dan tetangga.
Lemahnya sistem jaminan sosial: Indonesia belum memiliki sistem jaminan sosial yang memadai untuk lansia, sehingga banyak lansia yang tidak memiliki akses ke layanan kesehatan dan bantuan sosial yang mereka butuhkan.
Seharusnya, kasus lansia meninggal sendirian ini merupakan sebuah isu yang perlu mendapatkan perhatian serius dari pemerintah dan masyarakat. Beberapa solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah lonely death dengan memperkuat sistem jaminan sosial untuk lansia seperti:
- Meningkatkan layanan kesehatan dan bantuan sosial bagi lansia.
- Mendorong program-program yang membantu lansia untuk tetap terhubung dengan komunitas.
- Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya memperhatikan lansia yang tinggal sendirian.
Pada nyatanya, dengan upaya bersama kita dapat membantu lansia untuk hidup dengan lebih sejahtera dan terhindar dari tragedi meninggal sendirian. Terlebih Indonesia dikenal dengan gotong royong.
Pesantren Lansia dan Panti Jompo Bukan Pilihan Buruk untuk Menjadi Tempat Menghabiskan Masa Tua
Selama ini, pesantren lansia ataupun panti jompo sering dipandang sebelah mata. Banyak orang yang mencibir tentang keputusan seseorang untuk menetap atau menitipkan orang tuanya di panti jompo sebagai tindakan yang durhaka. Jika lansia tersebut berpotensi untuk tinggal sendirian tanpa di dampingi anak dan saudara karena kesibukan dan hal pekerjaan, maka panti jompo dan pesantren lansia dapat menjadi solusi.
Pesantren lansia dan panti jompo memiliki potensi untuk menjadi solusi untuk mengurangi kasus lansia meninggal sendirian di Indonesia, namun dengan beberapa catatan seperti menawarkan lingkungan yang religius dan berlandaskan nilai-nilai agama, yang dapat memberikan ketenangan dan kedamaian bagi lansia.
Menyediakan kegiatan keagamaan dan sosial yang dapat membantu lansia untuk tetap aktif dan terhubung dengan orang lain. Pesantren lansia dan panti jompo menawarkan layanan yang lebih komprehensif, termasuk perawatan kesehatan, bantuan aktivitas sehari-hari, dan kegiatan sosial. Staf terlatih untuk menangani lansia dengan berbagai kebutuhan.
Di pesantren lansia ataupun panti jompo, memungkinkan lansia untuk bersosialisasi dengan lansia lain. Dengan berbagai upaya bersama, kita dapat membantu lansia untuk hidup dengan lebih sejahtera dan terhindar dari tragedi meninggal sendirian.
Dompet Dhuafa Dampingi Lansia Lewat Program Pesantren Lansia
Di balik hiruk pikuk Jakarta, terhampar sebuah oase teduh bagi para lansia. Namanya Pesantren Lansia Dompet Dhuafa, sebuah tempat penuh kasih sayang yang memancarkan cahaya kebaikan di usia senja.
Berdiri sejak tahun 2023, pesantren ini bukan sekadar tempat tinggal bagi para lansia. Di sini, mereka menemukan keluarga baru, mengisi hari-hari dengan ilmu dan keceriaan, dan merasakan hangatnya cinta kasih yang tak lekang oleh waktu.
Menebar Cahaya Kebaikan di Usia Senja
Banyak kisah pilu terukir di balik senyum para lansia di Pesantren Dompet Dhuafa. Ada yang terlantar, ditelantarkan keluarga, atau hidup sebatang kara. Namun, di pesantren ini, mereka menemukan secercah harapan baru.
Di bawah asuhan para ustadz dan ustadzah yang penuh kasih sayang, para lansia diajak menyelami samudra ilmu agama. Mereka mempelajari Al-Qur'an, hadits, dan ilmu-ilmu agama lainnya, memperkaya jiwa dan hati di usia senja.
Tak hanya ilmu agama, pesantren ini juga menyediakan berbagai kegiatan menarik dan bermanfaat. Senam lansia, berkebun, latihan tahsin, dan berbagai aktivitas kreatif lainnya mengisi hari-hari mereka dengan keceriaan dan semangat.
Lebih dari Sekadar Tempat Tinggal
Pesantren Lansia Dompet Dhuafa bukan sekadar tempat tinggal. Di sini, para lansia menemukan keluarga baru. Mereka saling berbagi cerita, saling menguatkan, dan saling mengisi kekurangan. Persahabatan erat terjalin di antara mereka. Tawa dan canda menghiasi hari-hari, mengusir rasa kesepian dan kerinduan akan kasih sayang keluarga.
Menebar Kebaikan, Membangun Harapan
Kehadiran Pesantren Lansia Dompet Dhuafa bagaikan oase di tengah gurun. Bagi para lansia, pesantren ini adalah rumah kedua, tempat mereka menemukan kebahagiaan, kedamaian, dan rasa memiliki.
Lebih dari itu, pesantren ini menjadi teladan bagi masyarakat, menunjukkan bahwa kasih sayang dan perhatian tak lekang oleh waktu. Di usia senja, para lansia pun berhak untuk hidup dengan penuh makna dan kebahagiaan.
Mari Bergabung Menebar Kebaikan dan Belajar Melayani
Kisah Pesantren Lansia Dompet Dhuafa adalah pengingat bagi kita semua bahwa setiap kebaikan sekecil apapun dapat membawa perubahan besar. Mari kita bersama-sama mendukung pesantren ini, membantu para lansia untuk hidup dengan lebih sejahtera dan bahagia. Di sana, masyarakat juga bisa belajar melayani lansia dengan memperhatikan kebutuhan fisik maupun psikis lansia yang ada di sana.
Sejarah Dompet Dhuafa, Dari Kolom Kecil Menjadi Lembaga Kemanusiaan Besar
Di tengah hiruk pikuk Jakarta tahun 1993, sekelompok jurnalis Harian Umum Republika tergerak hatinya oleh kepiluan nasib kaum dhuafa. Lahirlah sebuah rubrik kecil di halaman muka koran, bernama "Dompet Dhuafa", sebuah ruang bagi pembaca untuk bergotong royong membantu sesama yang membutuhkan.
Kolom kecil ini bagaikan benih yang ditanam di tanah subur. Kebaikan menumbuhkan kebaikan, ketulusan menumbuhkan kepedulian. Donasi demi donasi mengalir, mengantarkan harapan bagi mereka yang terpinggirkan. Setahun kemudian, pada tanggal 14 September 1994, benih kecil itu bertunas menjadi Yayasan Dompet Dhuafa Republika. Sebuah langkah besar untuk mentransformasi semangat kepedulian menjadi aksi nyata.
Di bawah kepemimpinan inspiratif Parni Hadi, Haidar Bagir, Sinansari Ecip, dan Erie Sudewo, Dompet Dhuafa melangkah maju dengan visi mulia: membantu sesama, membangun masyarakat sejahtera, dan menyebarkan nilai-nilai kemanusiaan.
Tak hanya mengulurkan tangan, Dompet Dhuafa juga memprioritaskan pemberdayaan. Mereka menanamkan modal harapan, membantu dhuafa untuk bangkit dari keterpurukan dan meraih kemandirian. Langkah Dompet Dhuafa tak berhenti di Indonesia. Mereka melebarkan sayapnya, mengantarkan bantuan ke berbagai pelosok dunia, meringankan beban saudara-saudara yang dilanda bencana dan kemiskinan.
Kini, 31 tahun telah berlalu. Dompet Dhuafa telah menjelma menjadi lembaga kemanusiaan besar, terpercaya, dan profesional. Jangkauan programnya luas, menyentuh berbagai aspek kehidupan, mulai dari pengentasan kemiskinan, pendidikan, kesehatan, kebencanaan, hingga pembangunan infrastruktur.
Lebih dari sekadar lembaga, Dompet Dhuafa telah menjadi inspirasi dan teladan. Mereka menunjukkan bahwa kepedulian dan ketulusan, sekecil apapun, dapat mengantarkan perubahan besar dan menciptakan dunia yang lebih baik.
Kisah Dompet Dhuafa adalah kisah tentang kemanusiaan, tentang ketulusan, dan tentang kekuatan kolektif untuk membawa perubahan. Sebuah kisah yang mengajak kita semua untuk turut berkontribusi, merajut kebaikan, dan mengantarkan harapan bagi mereka yang membutuhkan.